Jumat, 20 Juni 2008

braVo pCr


Jakarta,14 - 15 JUNI 2008, BRAVO!! BRAVO!! BRAVO Tim KRCI Ar-Rasyid PCR!! Begitulah kiranya ungkapan seluruh sivitas akademika PCR yang pada tahun ini secara menakjubkan telah terjadi satu prestasi yang membanggakan yaitu telah menjadi Juara I tingkat nasional Kontes Robot Cerdas Indonesia 2008 divisi senior Robot Berkaki. Belum pernah PCR menyandang gelar Juara I tingkat nasional di kontes serupa, hal ini merupakan torehan yang sangat fantasitis untuk sejarah Politeknik Caltex Riau. Dimotori oleh tiga serangkai yaitu Heru Prayugo (Komputer G5), Zulfaisal (Mekatronika G6) dan Rully Ria Pratama (Elektronika G6) dan dibimbimng oleh Ibu Made Rahmawati (Prodi Teknik Mekatronika), tim Ar-Rasyid berhasil melakukan pemadaman api lilin yang di set oleh panitia di sebuah arena yang terdiri dari beberapa ruang dalam tiga kali trial. Untuk Tim Bloe-Dack belum berhasil untuk tahun ini setelah di babak penyisihan dihadang oleh Tim Rengganis (UNESA) dan Blue-ROck (Univ. Budi Luhur Jkt).
Hasil pertandingan secara keseluruhan adalah sebagai berikut. Untuk KRI, Juara I adalah kelompok JUMP-BE dari Politeknik Elektronika Negeri (PEN-ITS) Surabaya. Juara II dari kelompok KHIL-G Universitas Brawijaya Malang. Penghargaan untuk Inovasi Terbaik diraih oleh Kelompok PALAPA dari Universitas Gajah Mada Yogyakarta, Desain Terbaik oleh kelompok KOUMORI dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Algoritma terbaik dari kelompok KHIL-G Universitas Brawijaya Malang, dan Peraih Skor Tertinggi dari POSTER-MPX Universitas Hasanuddin, Makasar.
Sedangkan untuk KRCI Devisi Senior Beroda, Juara I diraih tim DU 114-V8 Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) Bandung, Juara II tim TENSAI dari Politeknik Elektronika Negeri (PEN-ITS) Surabaya. Untuk Devisi Senior Berkaki, Juara I dimenangkan oleh RASYID dari Politeknik Caltex Riau, dan Juara II oleh kelompok al_FajRy dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya. Untuk Devisi Expert Single, Juara I diraih oleh kelompok gho-zie dari Politeknik Elektronika Negeri (PEN-ITS) Surabaya. Juara II diraih oleh kelompok dot.B dari Politeknik Negeri Bandung. Akhirnya, untuk kelompok Expert Swarm, Juara I diraih oleh kelompok DU-102 dari Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) Bandung. Selain itu, ada penghargaan untuk kategori Inovasi terbaik yang diraih oleh Universitas Surabaya, Algoritma terbaik oleh Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) Bandung, dan kategori Best Spirit oleh Universitas Indonesia.
Universitas Gunadarma, dengan robotnya Chuunin-6 New Version kali ini belum mampu menembus elite perobotan nasional untuk kategori Devisi Senior Berkaki yang diikuti oleh 10 kelompok yang lolos dari seleksi regional. Sebelumnya, di kelompok tersebut robot Chuunin-6 mampu menduduki peringkat II regional Jakarta dan Jawa Barat di bawah UNIKOM, Bandung.
Kesepuluh kelompok Devisi Senior Berkaki tersebut adalah dari ITB, ITS, Politeknik Caltex Riau (PCR), Politeknik Negeri Bandung, UGM, UG, UI, UNIKOM, Universitas Surabaya, dan Universitas Tarumanegara.
Secara umum, memang UI adalah “Juara Pelaksana” kegatan, karena tidak ada satupun kelompok UI yang menjadi juara (kecuali Penghargaan). Demikian kata sang Rektor UI dalam kata sambutan penutupannya, dan juga kata seorang Panitia (saya tidak tahu namanya) sebelum Rektor mengucapkan kata-kata itu. UI siap menjadi Panitia Pelaksana, jangankan di tingkat nasional, UI juga mengajukan diri menjadi tuan rumah untuk kontes robot serupa di tingkat internasional tahun 2010.
Saya juga merasa UI pantas menjadi Panitia Pelaksana karena infrastruktur dan kepanitiaanya sepertinya sudah siap sejak dulu kala. Tamu-tamunya sepertinya tidak sempat “keroncongan” karena jamuannya yang datang terus-menerus yang dilayani oleh gadis-gadis belia (mahasiswi) nan cantik yang menyegarkan mata.
Secara umum, kontes robot yang sangat besar menyita perhatian penonton adalah Kontes Robot Indonesia (KRI). Kali ini temanya adalah “Robot Panjat Pinang” yang diadopsi dari ABU Robocon 2008 “Govinda”. Kontes ini sangat menyita perhatian karena robot ini berukuran besar (ada yang otomatis dan ada yang manual dikendalikan oleh Operator) yang benar-benar bertanding di antara dua kelompok untuk menjadi pemenang. Selain kecanggihan dalam merancang robot-robotnya, juga harus mampu membuat strategi menghambat perolehan nilai lawan. Jadi, ada strategi menabarakkan robot (otomatisnya) ke robot lawan, menutupi daerah perolehan nilai lawan, mencuri poin di daerah lawan, dan sebagainya.
Tak heran, jika banyak penonton (supporter) yang datang seperti penonton sepak bola. Saya amati, supporter terbanyak justru datang dari Surabaya dan Yogyakarta (masing-masing sekitar 100 orang). Mereka datang dengan berbagai atribut seperti seragam, spanduk, yel-yel, alat-alat musik, pengeras suara, dan pemandu gerak tari dan nyanyi. Meski pada awalnya saya khawatir akan terjadi bentrokan (karena yel-yel dan nyanyiannya saling mengejek bahkan menghina), namun sampai acara berakhir, justru di antara mereka dapat terjalin persahabatan. Salut buat mahasiswa seperti itu ! (sportif).
Contoh yel-yel tersebut seperti nyanyian “Buat Apa Susah” yang liriknya diubah menjadi “Buat apa Jogja, buat apa Jogja, Jogja itu tak ada gunanya?” atau lagu “Sayonara” ketika tim lawan kalah. Anehnya, para supporter juga secara bersama-sama menyanyikan lagu Indonesia Raya, dan membaca Surat Al-Fatihah
Meski harus bayar Rp. 10.000,00 per hari, supporter maupun penonton umum memenuhi Balairung UI yang jika ada jeda istirahat diisi hiburan band mahasiswa. Untuk pertandingan KRCI, yang robot dan lapangannya kecil, mereka harus melihat ke layar agar jelas. Itupun jika pertandingan timnya diliput oleh sang Kameraman. Bagi mereka, bila timnya disebut saja, cukup memacu mereka untuk meneriakkan yel-yel atau nyanyian, tak peduli, robotnya tampak atau tidak. Hal ini yang dimanfaatkan oleh Pembawa Acara (MC) untuk menghidupkan suasana, tapi terkadang hal ini bisa menjadi `senjata makan tuan’ karena mereka sulit diminta untuk tenang ketika ada suatu kegiatan yang membutuhkan suasana tenang seperti wawancara dengan tim pemenang untuk diliput televisi (utamanya TVRI).

Tidak ada komentar: